Tips & Trik Mengenai Riset Skripsi Psikologi

Untuk membuat bahan skripsi tentu Yang Anda butuhkan adalah rencana, target, dan konsentrasi. Melalui info lowongan kerja dalam Tips & Trik Mengenai Riset Skripsi Psikologi ini mungkin bisa membantu. Skripsi psikologi, merupakan riset yang lebih ketat dibandingkan fakultas lainnya. Pertanggungjawabannya lebih berat, karena menyangkut ruang profesi psikolog yang akan Anda junjung seterusnya. Reputasi Anda dimulai semenjak menyusun.

Oleh karenanya yang perlu Anda sedikit lebih perhatikan sebelum membuat ajuan judul skripsi, adalah [a] Memastikan pembacaan Anda benar terhadap banyak literatur dan fenomena, tidak spekulatif, dengan unsur heuristik yang rendah.

Premis yang dihasilkan dari pembacaan yang baik semacam itu, [b] mengharuskan Anda memeriksa catatan bibliografi kepengarangan, atau data yang terekam di daftar kepustakaan Anda. Dengan demikian [c] sumber-sumber acuan Anda dalam menentukan riset kelak, bisa di recall berulang-ulang sebagai jaminan dalam sidang skripsi.
Kualitatif atau Kuantitatif

Semenjak pelaporan kritis dari Julien Benda, bahwa kaum intelek senang memalsukan data statistik demi keuntungan perusahaan, tiba-tiba banyak kampus yang menggandrungi riset kualitatif. Bagi ranah psikologi, riset kualitatif bukankah barang asing. Bahkan psikologi lahir dari pengamatan kualitatif, dan para pakar utamanya adalah pakar yang menggunakan tehnik pengamatan langsung juga rekam jejak.

Misalkan Edmund Husserl yang juga pakar Fenomenologi, Psikoanalis lebih dekat pada kualitatif, beberapa teori behavioristik bisa juga diterapkan melalui jalan naturalistik kualitatif. Modal dibutuhkan dalam riset ini adalah intuisi Anda, dan kepandaian merumuskan masalah dan melakukan abstraksi.

Tips tambahan [1] pergunakan pendekatan terbaru, dosen menghargai [ketakutan] pendekatan teori baru. [2] Latih kemampuan debat Anda, karena akar dari penelitian ini ada dialektika. [3] perbanyak fungsi alat peraga, dan bukti fisik penelitian, seperti gambar foto, video, voice record, dll. Di ruang sidang, walaupun penelitian Anda kurang tajam, Anda akan merasa tenang.

Penelitian kuantitatif, yang merupakan status quo favorit penelitian bidang psikologi, juga merupakan yang termudah, Anda hanya menguji teori yang telah ada, dengan lingkungan dan sirkumtansi yang berbeda. Model matematika yang digunakan, menggantikan data-data fisik kualitatif.

Yang perlu Anda perhatikan dalam menyusun riset macam ini [1] Peras jawaban dari sampel yang tepat. Jangan sembarang menggunakan sampel yang terlampau random dan anonim jika tidak penelitian Anda akan kosong melompong dan mudah diserang. [2] penggunaaan wawancara ahli, diperlukan untuk beradaptasi dengan hasil penelitian, jika itu dilakukan. Kemungkinan kesalahan penelitian bisa dikurangi.

Dan yang terakhir adalah langkah-langkah untuk merumuskan bidang psikologi Anda. Apakah itu wilayah konseling, pendidikan, atau Industri. Cermati isu-isu terkini mengenai bidang yang dimaksud dari majalah, koran, dan bacaan lain seperti jurnal atau internet.
Skripsi Psikologi Sosial

Tema psikologi sosial sering menjadi pokok bahasan yang dikupas oleh para mahasiswa fakultas psikologi sebagai materi bahasan skripsi psikologi mereka. Hal ini karena tema tersebut, banyak berhubungann dengan aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Skripsi psikologi ini, merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh para mahasiswa fakultas psikologi sebagai penentu untuk meraih gelar sarjana psikologi. Pembuatan skripsi ini dilakukan setelah seorang mahasiswa menempuh syarat lain terkait dengan jumlah mata kuliah dan bebas kredit semester yang sudah mereka capai.
Perspektif Psikologi Sosial

Dalam skripsi psikologi tersebut, dikupas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan masalah psikologi sosial. Secara umum, terdapat empat poin utama yang menjadi kajian perspektif psikologi sosial. Keempat perspektif tersebut adalah :
1. Perspektif Perilaku

Perspektif ini pada mulanya dikemukakan oleh John B. Watson. Di awal penelitiannya, Watson menyarankan supaya perspektif ini bukan hanya sebagai sebuah alternatif untuk pendekatan instinktif. Namun menjadi sebuah alternatif utama yang terfokus pada masalah pemikiran, kesadaran atau juga imajinasi. Secara umum, dalam perspektif perilaku ini kemudian dikembangkan ke dalam dua teori turunan. Yang pertama adalah teori pembelajaran langsung atau social learning theory, serta teori pertukaran sosial atau Social Exchange Theory.

Teori pembelajaran sosial ini dikemukakan oleh Neil Miller serta John Dollard. Menurut kedua orang tersebut, terjadinya aktivitas peniruan perilaku oleh orang lain terjadi bukan karena faktor biologis. Namun, dalam proses peniruan tersebut terdapat unsur pembelajaran. Dengan demikian, apabila seseorang hendak berperilaku sebagaimana orang lain, maka harus melalui tahapan belajar dan tidak terjadi begitu saja.

Hal ini bisa dilihat seperti mode pakaian. Suatu tren mode berbusana yang ada di tengah masyarakat, biasanya muncul karena adanya faktor orang lain yang sudah menggunakan jenis busana tersebut. Sehingga, hal ini kemudian akan ditiru oleh orang lain jika merasa gaya busana tersebut mampu meningkatkan penampilan si pemakaianya.

Sementara, dalam terori Pertukaran Sosial, lebih melihat bahwa proses hubungan dengan orang lain lebih dimotivasi adanya imbalan. Teori ini dikemukakan oleh empat lima ahli, yaitu John Thibaut serta Harlod Kelley yang merupakan ahli psikologi. Dan tifa orang oagi yaitu George Homans, Richard Emerson dan Peter Blau yang merupakan ahli di bidang sosiologi.

Menurut mereka, seseorang akan berperilaku sebagaimana orang lain apabila dalam proses tersebut terdapat unsur yang menguntungkan. Dengan demikian, perilaku terjadi bukan semata-mata karena sekedar meniru namun lebih didasarkan pada terdapatnya perhitungan. Yaitu apabila peniruan tersebut menguntungkan, mereka akan melakukannya dan apabila tidak menguntungkan maka mereka tidak akan meneruskan perilaku tersebut.
2. Perspektif Kognitif

Terdapat tiga teori yang menjadi landasan perspektif ini. Ketiga teori ini adalah Teori Medan, Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap serta teori Kognisi Kontemporer. Teori Medan dikemukakan oleh Kurt Lewin, yang melakukan kajian masalah perilaku sosial dengan menggunakan pendekatan konsep medan atau ruang kehidupan. Menurut pandangan Lewin, untuk bisa memahami perilakuk seseorang, kita harus mengkaitkannya dengan konteks lingkungan dimana perilaku tertentu dimunculkan.

Dengan demikian, teori medan ini menguraikan mengenai situasi yang terdapat di sekitar individu akan mempengaruhi perilakunya. Teori ini hampir menyerupai konsep gestalt, yang melihat bahwa keberadaan bagian atau unsur akan saling memiliki keterkaitan.

Sementara, teori Atribusi dan Konsistensi Sikap dikemukakan oleh Fritz Heider seorang psikolog asal Jerman. Menurutnya, dengan pengorganisasian sikap, merupakan sebuah cara untuk menghindarkan terjadinya konflik. Proses pengorganisasian ini dilakukan dalam kerangka “sebab dan akibat”. Sehingga, kita bisa melakukan penyesuaian dengan pemikiran orang-orang yang ada di sekitar kita.

Lain lagi dengan teori Kognitif Kontemporer. Teori ini melihat manusia sebagai sebuah obyek yang secara aktif menerima, menggunakan, merekayasa serta memindahkan informasi. Teori ini berupsat tentang bagaimana cara kita memproses informasi yang berasa dari lingkungan ke dalam susunan kepribadian kita. Teori ini meyakini bahwa perilaku sosial tidak bisa dipahami tanpa adanya informasi mengenai proses mental yang terpercaya.
3. Perspektif Struktural

Perspektif sosial tersusun dari jalinan hubungan manusia melalui proses yang bersifat stabul. Struktur yang diterima seseorang, berasal dari struktur yang sudah dibentuk oleh generasi terdahulu melewati proses sosialisasi. Ada tiga teori yang melandasi perspektif struktural, yaitu Teori Peran, Teori pernyataan harapan serta teori posmodernisme.

Teori peran dikemukakan Robert Linton. Dalam teorinya, Linton mendeskripsikan mengenai hubungan sosial melalui pengumpamaan seorang aktor yang bermain dalam film. Sehingga, seseorang akan menjalani kehidupan berdasar sesuatu yang sudah ditetapkan kepadanya. Contohnya, seorang dokter akan mengobati orang sakit dan polisi akan menangkap penjahat.

Sementara dalam teori pernyataan harapan yang disampaikan oleh Joseph Berger dari Universias Stanford, melihat perilaku dari sudut pandang mikro. Dimana dalam teorinya, Berger menyakini bahwa seorang manusia akan memiiliki harapan baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain yang didasarkna pada tugas dan peran yang mereka miliki. Dan harapan inilah yang akan mempengaruhi proses interaksi seseorang dalam sebuah kelompok .

Konsep berbeda dikemukakan dalam teori ketiga yaitu posmodernisme. Teori ini muncul sebagai sebagai tanggapan atas dunia modern. Dalam teori ini dikemukakan bahwa dalam kehidupan modern, seseorang akan kehilangan sikap individualitasnya. Sikap individualitas seseorang akan terganti adanya kumpulan citra diri yang digunakan oleh manusia secara sementara dan untuk selanjutnya ditinggalkan.

Menurut penganut posmodernisme, kondisi ini disebabkan adanya konsep kapitalisme dan rasionalitas. Keduanya menyebabkan manusia tidak memandang penting lagi makna hubungan pribadi serta lebih menonjolkan aspek nonpersonal. Lebih jauh dijelaskan dalam posmodernisme, manusia hanya dianggap sebagai obyek yang bisa dinilai secara materi, dimana nilai tersebut ditentukan oleh seberapa besar tingkat keuntungan yang bisa dihasilkan oleh seorang individu.
4. Perspektif Interaksionis

Perspektif keempat ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiolog yang juga menjadi pengajar di departemen filsafat universitas Chicago yaitu George Herbert Mead. Di tempat tersebut, Herbert Mead mengajar mengenai konsep psikologi sosial. menurut Mead, ikut sertanya seseorang dalam sebuah kelompok sosial akan mewujudkan perilaku bersama yang dikenal sebagai budaya.

Dalam perspektif interaksionis ini, ada dua teori yang relevan dengan pandangan Herbert Mead tersebut. Kedua teori ini adalah teori interaksi simbolis dan teori identitas. Dalam teori interaksi simbolis disebutkan bahwa perilaku manusia akan dipengaruhi adanya simbol yang diberikan orang lain dan demikian pula sebaliknya. Simbol yang diberikan ini memiliki makna mengenai perasaan, pikiran ataupun tujuan yang ingin disampaikan seseorang.

Sedangkan dalam teori identitas yang digagas oleh Sheldon Stryker, meneybutkan bahwa terdapat hubungan yang saling mempengaruhi pada setiap infividu dengan susunan sosial yang lebih besar.

Teori Stryker ini didapat dari hasil kombinasi antara konsep peran serta konsep diri. Dengan demikian, manusia akan memiliki pemahaman mengenai diri mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain. Semakin banyak peran yang dimiliki seseorang dalam interaksi mereka di masyarakat, maka identitas yang dimiliki seseorang semakin banyak pula.
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top